Skrining Refraksi Anak Sekolah Dasar di SD Hj. Isriati Baiturrahman 1 Semarang
Abstract
Perkembangan teknologi saat ini memungkinkan manusia untuk lebih sering menggunakan teknologi dalam kehidupannya. Salah satu contoh teknologi yang sangat populer adalah gadget. Dewasa maupun anak-anak
tidak ketinggalan dalam menggunakan gadget dengan teknologi yang modern. Banyak penelitian menunjukkan adanya hubungan antara penggunaan gadget dengan gejala yang berhubungan dengan kesehatan visual, salah satunya adalah kelainan refraksi. Kelainan refraksi mata merupakan gangguan mata yang sering terjadi pada seseorang. ketika mata tidak dapat melihat/ fokus dengan jelas pada suatu area terbuka sehingga pandangan menjadi kabur hingga dapat mengakibatkan gangguan visus. Skrining gangguan penglihatan (visus) bertujuan
untuk mencegah kejadian gangguan ketajaman penglihatan yang lebih serius pada populasi risiko tinggi.
Deteksi dini kelainan refraksi pada anak, sehingga dapat ditangani lebih awal dan mencegah progresivitas dan komplikasi kelainan refraksi tersebut. Pemeriksaan dilakukan pada anak kelas 4 dan 5 SD Hj. Isriati
Baiturrahman Semarang. Anak diperiksa visus dasar dan dilakukan koreksi sederhana menggunakan trial lens apabila dicurigai ada kelainan refraksi. Hasil selanjutnya dicatat dan dilaporkan kepada pihak sekolah untuk ditindaklanjuti dan disampaikan kepada orang tua wali. Dari 98 anak yang diperiksa, 61 anak (62.25%) mengalami kelainan refraksi danĀ 31 anak (37.75) memiliki visus normal atau tanpa kelainan refraksi. Kelainan refraksi yang ditemukan antara lain: miopia 50 anak (81.97%), astigmatisme 3 anak (4.92%), hipermetropia 1 anak (1.64%), dan campuran miopia-astigmatisme sebanyak 7 anak (11.47%). Deteksi dini kelainan refraksi mata pada anak usia sekolah penting dilakukan agar dapat ditangani lebih awal dan mencegah progresivitas dan komplikasi kelainan refraksi tersebut.
Kata kunci: Skrining refraksi, anak sekolah dasar
tidak ketinggalan dalam menggunakan gadget dengan teknologi yang modern. Banyak penelitian menunjukkan adanya hubungan antara penggunaan gadget dengan gejala yang berhubungan dengan kesehatan visual, salah satunya adalah kelainan refraksi. Kelainan refraksi mata merupakan gangguan mata yang sering terjadi pada seseorang. ketika mata tidak dapat melihat/ fokus dengan jelas pada suatu area terbuka sehingga pandangan menjadi kabur hingga dapat mengakibatkan gangguan visus. Skrining gangguan penglihatan (visus) bertujuan
untuk mencegah kejadian gangguan ketajaman penglihatan yang lebih serius pada populasi risiko tinggi.
Deteksi dini kelainan refraksi pada anak, sehingga dapat ditangani lebih awal dan mencegah progresivitas dan komplikasi kelainan refraksi tersebut. Pemeriksaan dilakukan pada anak kelas 4 dan 5 SD Hj. Isriati
Baiturrahman Semarang. Anak diperiksa visus dasar dan dilakukan koreksi sederhana menggunakan trial lens apabila dicurigai ada kelainan refraksi. Hasil selanjutnya dicatat dan dilaporkan kepada pihak sekolah untuk ditindaklanjuti dan disampaikan kepada orang tua wali. Dari 98 anak yang diperiksa, 61 anak (62.25%) mengalami kelainan refraksi danĀ 31 anak (37.75) memiliki visus normal atau tanpa kelainan refraksi. Kelainan refraksi yang ditemukan antara lain: miopia 50 anak (81.97%), astigmatisme 3 anak (4.92%), hipermetropia 1 anak (1.64%), dan campuran miopia-astigmatisme sebanyak 7 anak (11.47%). Deteksi dini kelainan refraksi mata pada anak usia sekolah penting dilakukan agar dapat ditangani lebih awal dan mencegah progresivitas dan komplikasi kelainan refraksi tersebut.
Kata kunci: Skrining refraksi, anak sekolah dasar
Full Text:
PDFRefbacks
- There are currently no refbacks.