Pola Spasial Sebaran Kasus Baru Tuberkulosis Paru
Abstract
Latar Belakang : Tuberkulosis (TBC) Paru adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium Tuberculosis. TBC Paru masih menjadi masalah kesehatan masyarakat karena kasus terus
meningkat, menurunkan produktivitas dan menyebabkan kematian, sehingga perlu upaya pengendalian
melalui kegiatan surveilans. Optimalisasi surveilans dapat dilakukan dengan menggunakan Sistem
Informasi Geografis (SIG) sehingga dapat diketahui pola spasial sebaran kasus baru TBC Paru. Tujuan :
memperoleh pola spasial kasus baru kejadian TBC Paru di wilayah kerja puskesmas Bangetayu. Metode
: Jenis penelitian deskriptif menggunakan metode survei dengan kuesioner dan Global Potitioning System
(GPS) untuk mengukur titik koordinat rumah penderita. Besar sampel 48 dari 80 penderita baru TBC
Paru terkonfirmasi bakteriologis pada bulan Januari-Desember 2020 di wilayah kerja Puskesmas
Bangetayu. Data yang dikumpulkan kejadian TBC Paru baru, usia, jenis kelamin, cakupan rumah sehat,
kepadatan penduduk, sumber penular dan koordinat yang dianalisis secara non spasial dan spasial. Hasil
: Kasus TBC paru tersebar pada 6 kelurahan tertinggi di kelurahan Bangetayu Kulon dan Sembungharjo
sebanyak 11 kasus dan terendah di kelurahan Kudu. Sebagian besar kasus pada usia dewasa (72,9%) dan
berjenis kelamin perempuan (58,3%) serta hanya terdapat 1 kasus (2,1%) yang ada sumber penular.
Kasus TBC Paru terjadi pada responden dengan kondisi rumah yang tidak memenuhi syarat rumah
sehat (95,8%) dan pada daerah dengan kepadatan tinggi. Simpulan : Kasus baru TBC paru tersebar pada 6
kelurahan yang ada di wilayah Kerja Puskesmas Bangetayu dengan kasus tertinggi terjadi di kelurahan
Bangetayu Kulon dan Sembungharjo dan terendah di kelurahan Kudu. TBC Paru cenderung terjadi pada
daerah dengan kepadatan tinggi dan kondisi rumah yang tidak sehat.
Kata Kunci : Tuberkulosis Paru, Kondisi rumah sehat, Kepadatan Penduduk, Sumber Penular, Spasial
Mycobacterium Tuberculosis. TBC Paru masih menjadi masalah kesehatan masyarakat karena kasus terus
meningkat, menurunkan produktivitas dan menyebabkan kematian, sehingga perlu upaya pengendalian
melalui kegiatan surveilans. Optimalisasi surveilans dapat dilakukan dengan menggunakan Sistem
Informasi Geografis (SIG) sehingga dapat diketahui pola spasial sebaran kasus baru TBC Paru. Tujuan :
memperoleh pola spasial kasus baru kejadian TBC Paru di wilayah kerja puskesmas Bangetayu. Metode
: Jenis penelitian deskriptif menggunakan metode survei dengan kuesioner dan Global Potitioning System
(GPS) untuk mengukur titik koordinat rumah penderita. Besar sampel 48 dari 80 penderita baru TBC
Paru terkonfirmasi bakteriologis pada bulan Januari-Desember 2020 di wilayah kerja Puskesmas
Bangetayu. Data yang dikumpulkan kejadian TBC Paru baru, usia, jenis kelamin, cakupan rumah sehat,
kepadatan penduduk, sumber penular dan koordinat yang dianalisis secara non spasial dan spasial. Hasil
: Kasus TBC paru tersebar pada 6 kelurahan tertinggi di kelurahan Bangetayu Kulon dan Sembungharjo
sebanyak 11 kasus dan terendah di kelurahan Kudu. Sebagian besar kasus pada usia dewasa (72,9%) dan
berjenis kelamin perempuan (58,3%) serta hanya terdapat 1 kasus (2,1%) yang ada sumber penular.
Kasus TBC Paru terjadi pada responden dengan kondisi rumah yang tidak memenuhi syarat rumah
sehat (95,8%) dan pada daerah dengan kepadatan tinggi. Simpulan : Kasus baru TBC paru tersebar pada 6
kelurahan yang ada di wilayah Kerja Puskesmas Bangetayu dengan kasus tertinggi terjadi di kelurahan
Bangetayu Kulon dan Sembungharjo dan terendah di kelurahan Kudu. TBC Paru cenderung terjadi pada
daerah dengan kepadatan tinggi dan kondisi rumah yang tidak sehat.
Kata Kunci : Tuberkulosis Paru, Kondisi rumah sehat, Kepadatan Penduduk, Sumber Penular, Spasial
Full Text:
PDFRefbacks
- There are currently no refbacks.